Al-Ghozwul Fikri

Orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti berusaha untuk memadamkan cahaya Alloh SWT, menghancurkan agama Islam, “Mereka (orang-orang kafir) hendak memadamkan cahaya Alloh dengan mulut-mulut mereka, dan Alloh menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir membencinya.” (QS. Ash-Shoff : 8). “Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir memikirkan daya upaya terhadapmu untuk memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya, dan Alloh membalas tipu daya itu. Sesungguhnya Alloh sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfal : 30). Dan secara khusus Alloh SWT menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah ridho sehingga kita mengikuti ajaran mereka, “Dan tidak akan pernah ridho terhadapmu orang-orang Yahudi dan tidak pula orang-orang Nashrani sehingga engkau mengikuti millah (ajaran) mereka. Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Alloh itu adalah petunjuk yang sebenarnya, dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah datang kepadamu berupa ilmu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari Alloh.” (QS. Al-Baqoroh : 120).

Sejak munculnya Islam, mereka terus memerangi Rosululloh saw dan kaum muslimin, kemudian masa Khulafaur Rosyidin, masa Daulah Umayyah dan dan Daulah Abbasiyyah, hingga puncaknya mereka dapat menumbangkan Khilafah Islam Turki Utsmani tanggal 3 Maret 1924 M. Dalam rangka menumbangkan Khilafah Islam dan menghancurkan Umat Islam setelah tumbangnya Khilafah, mereka terus melancarkan sebuah perang gaya baru, yaitu Al-Ghozwul Fikri (Perang Pemikiran), dengan menyebarluaskan gerakan-gerakan dan paham-paham yang akan menghancurkan Islam ke berbagai negara berpenduduk Muslim, di samping mereka tetap melakukan perang secara fisik terhadap kaum Muslimin di negara-negara tertentu.Serangan pemikiran ini muncul sejak abad ke-19, karena ia berasal dari barat maka sering disebut dengan istilah gerakan pembaratan (Taghrib).

Di dalam buku Membendung Sikap Anti Islam disebutkan, “Invasi Intelektual (Al-Ghozwul Fikri) yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dengan sarana pikiran, taktik, pengajaran, kemajuan teknologi, perang mental, praktik-praktik tidak Islami, ternyata mempunyai kekuasaan, arah dan pengaruh terhadap umat Islam. Invasi intelektual ini, pengertian, ruang lingkup, serta tujuannya adalah usaha untuk menyesatkan pemikiran kaum Muslimin, dengan cara menyebarkan pemikiran-pemikiran sesat tentang agama, kehidupan dan alam wujud, tentang masyarakat, moral dan tingkah laku, tentang syarat-syarat adanya kemajuan kebudayaan dan sarana-sarananya, tentang jiwa, naluri dan perasaan, tentang batas akhir dari suatu kehidupan dan sarana untuk mendapat kebahagiaan dan lain-lain. Kesemuanya itu merusak pribadi-pribadi muslim dan umat Islam secara keseluruhan.”

Di antara gerakan untuk menghancurkan Islam adalah: Zionisme, Kristenisasi, Orientalisme dan Komunisme. Setiap gerakan itu bersekongkol dan bekerjasama di dalam menghancurkan musuh bersama mereka, yaitu Islam. Hal ini dijelaskan oleh Alloh SWT: “Dan orang-orang Kafir sebagian mereka adalah pelindung bagi sebagian yang lain, jika kamu tidak melaksanakannya (saling melindungi), akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al-Anfal : 73).

Setiap gerakan itu tentu membawa paham yang disebarluaskan ke tengah kaum Muslimin, di antara paham-paham tersebut yang populer saat ini adalah: Sekularisme, Liberalisme, Pluralisme, Materialisme, Hedonisme, Nasionalisme, dll.

Al-Ghozwul Fikri ini akan berbahaya bagi kaum Muslimin jika tidak disikapi dengan serius, karena di antara tujuan dari Al-Ghozwul Fikri tersebut adalah:

1. Merusak Akhlaq. Akhlaq atau dalam istilah lain disebut moral, berusaha untuk dirusak dengan berbagai cara agar kaum muslimin kehilangan petunjuk agamanya sendiri tentang akhlaq, sehingga mereka tidak bangga lagi dengan berakhlaq secara Islam.

2. Menghancurkan pemikiran. Melalui paham-paham yang terus disusupkan ke dalam pikiran orang-orang Islam, paham-paham tersebut dibungkus dengan logika-logika sedemikian rupa agar terlihat sebagai kebenaran, sehingga pemikiran mereka tidak lagi sesuai dengan pemikiran Islam.

3. Melarutkan Kepribadian. Sedikit demi sedikit orang-orang Islam dilunturkan pribadi Islamnya, sehingga banyak yang mengaku Muslim tetapi pribadinya sangat jauh dari Islam dan mirip dengan pribadi orang kafir.

4. Memurtadkan. Puncak dari gerakan penghancuran ini adalah manakala orang-orang Islam telah keluar dari agamanya baik dengan pindah kepada agama lain, ataupun masih mengaku Muslim tetapi akidahnya sudah hancur.

Bidang yang mereka fokuskan adalah:

1. Media

Melalui media ini, orang-orang kafir dapat berbuat banyak untuk menghancurkan Islam, terlebih media saat ini sudah dikuasai oleh mereka, dengan memberikan tontonan dan bacaan yang merusak melalui media elektronik dan cetak, menampilkan gaya hidup yang jauh dari Islam, menyuburkan acara-acara hiburan dan olah raga-olah raga yang cendrung jauh dari Islam, serta berita-berita yang menyudutkan dan menampilkan Islam secara buruk.

Menghadapinya: Menjauhi tontonan yang merusak aqidah, akhlaq dan pemikiran kita, tidak terpengaruh begitu saja dengan apa yang disampaikan oleh media tetapi harus kritis, mempertanyakan dan meneliti kembali (Tabayun), sebagaimana dalam QS. Al-Hujurot: 6, meyakini bahwa gaya hidup yang disuguhkan adalah contoh yang buruk sehingga tidak layak untuk diikuti.

2. Pendidikan

Melalu pendidikan, sekolah-sekolah dan universitas-universitas dibuat agar ilmu-ilmu yang dipelajari berpusat dari barat yang kosong dari nilai-nilai keimanan, menjauhkan ilmu-ilmu umum dari ilmu-ilmu agama Islam agar terlihat ada kesenjangan, termasuk mengkader anak-anak muda Islam agar mau belajar di universitas-universitas mereka dengan diberikan beasiswa dan diberi gelar yang tinggi. Dalamsebuah buku berjudul Oriental Problem, terbit di London 1957 disebutkan: “Kaum misionaris Kristen dalam memerangi akidah Islam mengalami kegagalan total. Tetapi sebenarnya bisa dicapai melalui universitas-universitas di dunia Barat. Caranya adalah dengan memilih para mahasiswa yang memiliki tabiat dan kepribadian yang kacau dari dunia Timur, terutama dari dunia Islam. Mereka diberi beasiswa, bahkan bila perlu diberi penghargaan-penghargaan dengan biaya berapa saja, agar di kemudian hari mereka menjadi missionaris rahasia bagi kita. Mereka kelak ditugasi untuk berkiprah dalam bidang sosial dan politik di dunia Islam. Aku mempunyai keyakinan kuat bahwa universitas-universitas barat sanggup mengeksploitir sebanyak mungkin orang-orang Timur dengan memberi gelar-gelar keserjanaan lalu menggunakan mereka itu sebagai missionaris, penasehat, guru dan lain-lain untuk tujuan kita dengan mengatasnamakan kemaslahatan.”[1]

Menghadapinya: Mengembalikan pendidikan sesuai dengan cara Islam, menggali kembali warisan ilmu dari para ulama Islam, tidak memisahkan antara ilmu umum dengan ilmu agama, ilmu umum harus sejalan dengan ilmu agama, belajar Islam dari para ulama Islam, bukan dari orang-orang Kafir.

3. Undang-undang

Bidang selanjutnya adalah melalui undang-undang yang diberlakukan di pemerintah negara-negara Islam. Dengan paham Sekularisme (memisahkan agama dari Negara), mereka dapat membuat negara-negara yang berpenduduk muslim tidak menerapkan hukum-hukum Alloh atau Syariat Islam di dalam negara, tetapi dengan undang-undang yang dibuat sendiri oleh manusia, dengan asas negara yang mereka sebut sebagai demokrasi yang menempatkan kedaulatan di tangan rakyat, bukan di tangan Alloh SWT.

Menghadapinya: Harus ada usaha untuk menerapkan Syariat Islam.

Jika kita melihat kondisi umat Islam saat ini, nyatalah bahwa apa yang mereka usahakan telah berbuah, dimana banyak kaum muslim telah menjadi korban dari Al-Ghozwul Fikri ini, mereka telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam baik disadari ataupun tidak. Orientasi hidup mereka bukan lagi untuk mengejar pahala di Akhirat, tetapi lebih kepada keuntungan materi di dunia, maka segala pekerjaannya dinilai dengan materi, bukan lagi dengan nilai ibadah. Terutama para pemuda dan remaja Islam, mereka lebih senang untuk datang ke tempat-tempat hiburan dari pada ke Masjid untuk ibadah dan menghadiri pengajian,hal itu sudah dianggap kuno, kampungan, tidak keren. Yang mereka idolakan bukan lagi Rosululloh saw, para sahabat, para ulama, dan teladan-teladan Islam, tetapi artis-artis yang setiap hari mereka tonton, baik artis penyanyi, aktor, pelawak dan yang lainnya. Akhirnya mereka akan senang terhadap orang-orang kafir (al-wala), maka dengan begitu akan mudah orang-orang kafir berkuasa.

Dengan Al-Ghozwul Fikri ini sebenarnya orang-orang kafir telah mampu membuat umat Islam kembali kepada kehidupan Jahiliyyah. Dipoles dengan gaya hidup yang modern, dari segi akidah dan akhlaq sebenarnya mereka telah jatuh ke derajat yang lebih rendah dari binatang. Dan inilah yang disebut dengan Jahiliyyah modern.

Kita berharap semoga kita tidak menjadi korban berikutnya dari bahaya Al-Ghozwul Fikri ini. Tentu dalam menghadapinya tidak bisa dengan kemalasan dan kecuekan, tetapi mesti dengan kesungguh-sungguhan, terutama di dalam:

1. Mengokohkan Iman

2. Menumbuhkan Semangat Jihad

Sebagaimana firman Alloh SWT:

“Wahai orang-orang beriman! Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih? (Yaitu) kalian beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwa kalian, itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Dia (Alloh) akan mengampuni kalian dari dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan ke tampat -tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn, itulah kemenangan yang besar. Dan ada lagi (ni’mat) yang kalian sukai, yaitu pertolongan dan kemenangan yang dekat (waktunya), dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang beriman.” (QS. Ash-Shoff : 10 – 13)

Nashrum Minalloh Wa Fathun Qorib

Cipatat, 12 Robiuts Tsani 1434 H

Salam perjuangan,

Muhammad Atim

 


[1] Membendung Sikap Anti Islam, Prof. Dr. Abdul Karim Yunus Al-Khotib, dkk, hal. 149-150

Tinggalkan komentar